Bahasa Jepang dikenal sebagai bahasa yang kaya dengan huruf, tetapi miskin dengan bunyi. Bahasa Jepang juga membedakan pengucapan panjang pendeknya vokal dan fakta ini tidak ditemukan dalam bahasa Indonesia (Dedi Sutedi, 2003:7). Bahasa Jepang memiliki pasangan vokal panjang (dalam penelitian ini akan memakai istilah choo’on) dan vokal pendek (tan’on). Tan’on terdiri dari vokal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, sedangkan choo’on terdiri dari vokal /a:4/, /i:/, /u:/, /e:/ /o:/. Choo’on seringkali diabaikan dan dianggap tidak penting dalam pembelajaran bahasa Jepang. Padahal dalam bahasa Jepang, kosakata yang mengandung choo’on dan kosakata yang tidak mengandung choo’on memiliki arti yang sama sekali berbeda. Contohnya pada kata obasan yang artinya bibi diucapkan dengan vokal pendek [a] dan kata obaasan yang artinya ibu diucapkan dengan vokal panjang [a:]. Apabila sesama pembelajar bahasa Jepang salah dalam mempersepsikan bunyi vokal panjang hal ini dapat berakibat fatal, arti panjang pendek dalam bahasa Jepang memiliki arti yang berbeda. Hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Dengan kecanggihan teknologi komputer masa kini, kajian fonologi menjadi lebih luas dan beragam. Barbagai hal yang dulu dianggap mustahil atau sulit, saat ini, dengan bantuan komputer menjadi mungkin dan mudah. Persepsi adalah proses mengenali bentuk fisik signal bunyi berupa analog yang masuk kedalam telinga, lalu signal itu otomatis terkonversi menjadi digital untuk dapat dikenali oleh otak. Masalahnya adalah bagaimana otak dapat mengenali bunyi sebagai unit linguistik yang jelas, padahal masukan bentuk fisik signal bunyi itu berupa gelombang bunyi yang bersifat kontinue (Kushartanti dkk, 2005:241). Begitu juga dengan persepsi terhadap bunyi choo’on dapat dianalisis melalui teknologi komputer.
TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui bagaimana
kemampuan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang dalam
mempersepsikan
bunyi
choo’on. Mengetahui bagaimana
hubungan kemampuan mempersepsi bunyi choo’on
dengan arti kosakata yang sudah dikenal.
TARGET PENELITIAN
Meneliti bagaimana
kemampuan mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa Jepang dalam
mempersepsikan
bunyi panjang pendek.
METODE PENELITIAN
Penulis mengumpulkan
data choo’on yang terdapat di dalam buku Minna no Nihongo I, Minna No
Nihongo
II dan Kana Nyumon. Buku ini dipilih
karena merupakan buku dasar untuk mempelajari
bahasa Jepang serta
di dalamnya terdapat banyak kosakata.
Data choo’on yang telah terkumpul di klasifikasikan berdasarkan
letaknya,
yaitu di awal, di tengah, di akhir, diawal dan
di akhir kata. Kemudian penulis menseleksinya
menjadi 45 buah
kosakata. Kosakata tersebut dibaca oleh native speaker kemudian penulis merekamnya
dengan
menggunakan handphone bertujuan agar suara rekaman tersebut berformat
wave sehingga
memudahkan menganalisisnya
kedalam program praat. Tes yang dilakukan
adalah mendengarkan bunyi
choo’on dalam bentuk kata.
Dalam penelitian
ini penulis menggunakan tes sebagai data penelitian. Data tes diambil
dengan cara meminta
responden untuk mendengarkan
kosakata dengan menggunakan alat pemutar suara
(laptop) yang didukung
oleh pengeras suara (speaker).
Semua data yang terkumpul diolah dengan
menggunakan alat bantu komputer
program praat. Alat ini dapat secara mudah
melakukan pengukuran intensitas, durasi, dan frekuensi. Dalam
pengolahan data
dibuat tahap-tahapannya, yang pertama adalah tahap digitalisasi. Data dibacakan
oleh
native speaker dan direkam dengan handphone. Kemudian dilakukan
pengrekaman ulang dengan program
praat. Selanjutnya tahap segmentasi data,
yaitu data yang telah direkam dipisah kedalam segmen bunyi.
HASIL PENELITIAN
Untuk bunyi
choo’on yang terletak di awal kata, 95% responden mempersepsikan dengan benar bahwa
kosakata どうろ(douro)
merupakan sebuah choo’on, sedangkan 5% responden salah dalam
menjawab soal
ini.
Untuk bunyi
choo’on yang terletak di tengah kata, 90% responden mempersepsikan dengan benar bahwa
kosakata ちょうきん(choukin)
merupakan sebuah choo’on, sedangkan 10% responden
salah
dalam
menjawab soal ini.
Untuk bunyi
choo’on yang terletak di akhir kata, 86% responden mempersepsikan dengan benar
bahwa
kosakata ふとう(futou)
merupakan sebuah choo’on, sedangkan 14% responden salah dalam
menjawab soal
ini.
Untuk bunyi choo’on yang terletak di awal
dan tengah kata, 86% responden mempersepsikan dengan
benar bahwa kosakata れいぞうこ(reizouko)
merupakan sebuah choo’on, sedangkan 14%
responden salah
dalam menjawab soal ini.
Untuk bunyi choo’on yang terletak di
awal dan akhir kata, 86% responden mempersepsikan dengan benar
bahwa kosakata とうけい (toukee)
merupakan sebuah bunyi choo’on, sedangkan 14%
responden salah
dalam menjawab soal ini.
KESIMPULAN
Bunyi choo’on memiliki
panjang kira-kira dua kali lipat vokal pendeknya (tan’on). Arti panjang
pendeknya
sebuah kata dalam bahasa Jepang dapat
menimbulkan perbedaan makna. Hal ini harus diperhatikan
agar
tidak terjadinya kejanggalan dan kekurangjelasan dalam berkomunikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar